Jangan pula sampai mengalami kejadian seperti cerita di bawah ini!
Ada apa dengan tepat jam 12 malam?
Mengapa tidak boleh membeli sesuatu di warung itu "yang tidak boleh disebut namanya" tepat jam 12 malam?
Pertanyaan ini sering muncul di pikiran seorang ustadz Paidi. Betapa tidak, semua santri menolak atau tidak mau di suruh membeli sesuatu di warung "yang tidak boleh disebut namanya" bahkan sampai dipaksa pun oleh ustadz Paidi. Hingga membuat ustadz Paidi geleng-geleng kepala. Karena keingintahuan ustadz Paidi, dia pun memberanikan diri untuk pergi sendiri membeli sesuatu di warung "yang tidak boleh disebut namanya."
Suasana kala itu gelap, hanya diterangi oleh bulan. Ustadz Paidi dengan langkahnya menuju ke warung "yang tidak boleh disebut namanya." Di tengah jalan, ustadz Paidi bertemu dengan seorang warga.
Warga: Assalamu'alaikum ustadz.
Ustadz Paidi: Wa'alaikum salam.
Warga: Ustadz mau kemana?
Ustadz Paidi: Saya mau beli di warung "yang tidak boleh disebut namanya" sana.
Warga: Hah, sebaiknya jangan ustadz.
Ustadz Paidi tidak memperdulikan sarang seorang warga tersebut. Setelah sampai di warung "yang tidak boleh disebut namanya", ketakutan ustadz Paidi mulai menurun. Karena ia mendapati warung "yang tidak boleh disebut namanya" sudah tutup dan tidak ada yang aneh disana.
Besoknya karena masih penasaran, ustadz Paidi pun ingin pergi lagi ke warung "yang tidak boleh disebut namanya". Lagi-lagi dia ketemu seorang warga yang kemaren memberi saran untuk tidak membeli di warung "yang tidak boleh disebut namanya". Seorang warga tersebut lagi-lagi memberi saran yang sama dengan kemaren. Akan tetapi ustadz Paidi tidak menggubrisnya.
Setelah sampai di warung "yang tidak boleh disebut namanya", ustadz Paidi sangat kecewa. Karena warung "yang tidak boleh disebut namanya" lagi-lagi tutup. Hal ini semakin membuat ustadz Paidi semakin penasaran. Dan dia berjanji akan kembali besok lagi.
Besoknya lagi, ustadz Paidi pergi lagi untuk ketiga kalinya. Kejadian yang sama terulang. Mulai dari bertemu seorang warga yang memberi saran untuk tidak membeli di warung "yang tidak boleh disebut namanya" tepat jam 12 malam, hingga kekecewaan lagi yang disebabkan warung "yang tidak boleh disebut namanya" tutup.
Akhirnya, ustadz Paidi pulang dan mencari seorang warga yang biasanya bertemu dan memberikan saran yang tidak jelas untuk dimintai keterangan. Wal hasil, ustadz Paidi bertemu dengan warga tersebut.
Ustadz Paidi: Assalamu'alaikum bapak.
Warga: Wa'alaikum salam ustadz.
Ustadz Paidi: Pak, saya mau mengklarifikasi atau bertanya kepada bapak.
Warga: Iya, silahkan!
Ustadz Paidi: Mengapa bapak selalu melarang saya untuk membeli di warung "yang tidak boleh disebut namanya" tepat jam 12 malam? Mengapa?
Warga: Oh... itu. Ya memang warungnya sudah tutup ustadz.
Ustadz Paidi: Haaaaah...... (dengan nada tinggi) Bapak, karena peristiwa ini, mulai besok saya tidak mau lagi jadi ustadz. (sambil banting songkok)
Warga: (bingung)
Aku: Wkwkwkwkwkwk... Lihat Cerita Lucu Ustadz lainnya di Kumpulan Cerita Lucu.
Pertanyaan ini sering muncul di pikiran seorang ustadz Paidi. Betapa tidak, semua santri menolak atau tidak mau di suruh membeli sesuatu di warung "yang tidak boleh disebut namanya" bahkan sampai dipaksa pun oleh ustadz Paidi. Hingga membuat ustadz Paidi geleng-geleng kepala. Karena keingintahuan ustadz Paidi, dia pun memberanikan diri untuk pergi sendiri membeli sesuatu di warung "yang tidak boleh disebut namanya."
Suasana kala itu gelap, hanya diterangi oleh bulan. Ustadz Paidi dengan langkahnya menuju ke warung "yang tidak boleh disebut namanya." Di tengah jalan, ustadz Paidi bertemu dengan seorang warga.
Warga: Assalamu'alaikum ustadz.
Ustadz Paidi: Wa'alaikum salam.
Warga: Ustadz mau kemana?
Ustadz Paidi: Saya mau beli di warung "yang tidak boleh disebut namanya" sana.
Warga: Hah, sebaiknya jangan ustadz.
Ustadz Paidi tidak memperdulikan sarang seorang warga tersebut. Setelah sampai di warung "yang tidak boleh disebut namanya", ketakutan ustadz Paidi mulai menurun. Karena ia mendapati warung "yang tidak boleh disebut namanya" sudah tutup dan tidak ada yang aneh disana.
Besoknya karena masih penasaran, ustadz Paidi pun ingin pergi lagi ke warung "yang tidak boleh disebut namanya". Lagi-lagi dia ketemu seorang warga yang kemaren memberi saran untuk tidak membeli di warung "yang tidak boleh disebut namanya". Seorang warga tersebut lagi-lagi memberi saran yang sama dengan kemaren. Akan tetapi ustadz Paidi tidak menggubrisnya.
Setelah sampai di warung "yang tidak boleh disebut namanya", ustadz Paidi sangat kecewa. Karena warung "yang tidak boleh disebut namanya" lagi-lagi tutup. Hal ini semakin membuat ustadz Paidi semakin penasaran. Dan dia berjanji akan kembali besok lagi.
Besoknya lagi, ustadz Paidi pergi lagi untuk ketiga kalinya. Kejadian yang sama terulang. Mulai dari bertemu seorang warga yang memberi saran untuk tidak membeli di warung "yang tidak boleh disebut namanya" tepat jam 12 malam, hingga kekecewaan lagi yang disebabkan warung "yang tidak boleh disebut namanya" tutup.
Akhirnya, ustadz Paidi pulang dan mencari seorang warga yang biasanya bertemu dan memberikan saran yang tidak jelas untuk dimintai keterangan. Wal hasil, ustadz Paidi bertemu dengan warga tersebut.
Ustadz Paidi: Assalamu'alaikum bapak.
Warga: Wa'alaikum salam ustadz.
Ustadz Paidi: Pak, saya mau mengklarifikasi atau bertanya kepada bapak.
Warga: Iya, silahkan!
Ustadz Paidi: Mengapa bapak selalu melarang saya untuk membeli di warung "yang tidak boleh disebut namanya" tepat jam 12 malam? Mengapa?
Warga: Oh... itu. Ya memang warungnya sudah tutup ustadz.
Ustadz Paidi: Haaaaah...... (dengan nada tinggi) Bapak, karena peristiwa ini, mulai besok saya tidak mau lagi jadi ustadz. (sambil banting songkok)
Warga: (bingung)
Aku: Wkwkwkwkwkwk... Lihat Cerita Lucu Ustadz lainnya di Kumpulan Cerita Lucu.
0 komentar:
POST A COMMENT